Ternyata di Laweung Selain Gua Tujoh Ada Gua Unoe/Lebah

www.meucensemua.blogspot.com
Gua Unoe di Laweung, Pidie. Foto: Nuzul

Seputaran pabrik semen Laweung-Batee adalah kawasan batu karang yang mudah dijumpai lubang-lubang alami dan ceruk-ceruk dalam yang belum habis diteliti. Di sanalah banyak dijumpai gua-gua dalam tak bernama dengan keunikannya tersendiri. Bila Anda mengira hanya Gua Tujoh yang ada di Laweung, stop!!! Anda salah besar. Yang benar Gua Tujoh adalah gua terbesar dan terpopuler yang pernah ditemukan di sana. Sebenarnya kalau Anda jalan-jalan dari Kulee Batee sampai ke Laweung, tepatnya di barisan pegunungan yang berhutan jarang itu, pada batu-batu karang di kedua sisi jalan, pada bukit-bukit rendah yang melelahkan dan membikin mudah tersesat saat didaki, di sana banyak tersembunyi lubang-lubang alam ciptaan Tuhan atau gua alami, serta lubang-lubang rahasia yang dibuat untuk tujuan tertentu semasa invansi tentara Jepang tempo dulu. Kedua-duanya sama menarik untuk dijelajahi.

www.meucensemua.blogspot.com
Gua Unoe di Laweung. Foto: Nuzul
Suatu hari teman saya Nuzul (24) sedang mencari kayu bakar untuk keperluan Maulid yang akan dihelat di dayahnya mengaji. Mereka mencari kayu kering di sekitar Gua Tujoh, tapi karena kayunya belum mencukupi akhirnya mereka masuk semak-semak agak lebih dalam dan semakin jauh meninggalkan Gua Tujoh. Beruntung mereka mendapatkan kayu bakar dalam jumlah yang banyak karena memang wilayah itu seperti jarang didatangi para pencari kayu bakar. Saat asyiknya mengumpulkan kayu, tiba-tiba mereka mendengar deru mesin yang sangat dekat dari atas kepala mereka. Sontak mereka merunduk (di sini mau saya tambah: mereka mengira tentara Jepang telah kembali dan mau mendaratkan pesawat tempurnya di gua-gua mereka) serta tiarap. Mesin terbang itu rupanya makhluk manis yang namanya diabadikan dalam surat Al-Qur’an, Annahl alias unoe. Walaupun berparas manis makhluk ini paling ditakuti. Sengatnya sanggup menyeret manusia jadi pasien IGD. 
“Unoe kaditak le kleung,” ujar Nuzul pada kawannya. Si kawan hanya angguk kepala saja tanpa bersuara. Tentu karena ketakutan. Burung rajawali memang gentleman nakal. Dalam banyak kasus dia sering mengganggu kawanan lebah yang lagi maneuver di udara. (Kalau boleh saya tambah: Rajawali merasa cemburu namanya tidak diabadikan sebagai nama surat dalam Al-Qur’an). Biasanya para lebah akan menggila dan mengamuk usai dijahili si raja. Mereka akan menumpahkan amarah pada apa saja yang mereka temui. Bisa dibayangkan kan bagai mana ketakutannya kawan saya menyadari unoe kaditak le kleung. Saking gemetarnya mereka merayap pada tanah keras yang berkarang tajam itu hingga tubuh mereka berdarah-darah.
“Lon pike lon meuninggai uroe nyan,” terang Nuzul dalam ceritanya terdengar serius.  Tapi begitu menjauh, mereka hanya mendengar suara lebah samar-samar. Mereka seketika menyadari bahwa unoe itu rupanya kon ditak le kleung, tapi tawon-tawon yang sedang cari angin. Dengan lega mereka berdiri serta memerhatikan dari kejauhan. Ternyata di depan mereka ada tebing karang lengkap dengan lubang sebagai mulutnya, rupanya di sana ada gua tempat tawon-tawon bercengkrama. Setelah diperhatikan lagi, di tebing serta mulut gua itu terdapat banyak sekali sarang lebah yang menempel di dinding gua. Reflek saja Nuzul mengeluarkan senjata selfienya dan klik, jadilah foto yang Anda lihat ini. Pemuda pendiam ini juga membuat video singkat yang tidak saya tayangkan di sini.
“Lon that teumakot, han lon tem jak le keunan,” katanya mengunci mulut saya untuk menyuruhnya menunjukkan lokasi Gua Unoe itu. Tapi kelihatannya keputusan ini masih bisa ditawar. Semoga saya berkesempatan melihatnya lain kali.
Setelah duduk-duduk dengan Nuzul, sejenak saya berpikir kalau alat-alat digital yang canggih serta foto pencitraan satelit/mapping yang katanya bisa mematai manusia di permukaan bumi ternyata belum begitu membantu untuk menemukan situs tersembunyi  di kawasan Laweung-Batee sehingga daerah berkarang cadas yang luasnya tidak seberapa itu belum terdeteksi secara mendetil. Atau memang karena pemangku jabatan di kabupaten ini yang tak mau tahu-menahu. Entahlah. Hanya kebetulan saja warga yang berkebun di sana menemukan gua-gua tersebut. Sebut saja Bang Ma’e menemukan gua a, maka gua itu dikasih nama gua A. Tak terkonsep serta jauh dari profesionalisme apalagi historis sehingga mengakibatkan situs-situs tersebut bisa terancam. Ancaman terbaru dan sangat serius  adalah proyek pabrik semen PT  Semen Indonesia yang telah mengkapling sebagian besar area yang di dalamnya terdapat gua-gua alami dan gua buatan masa kolonial Jepang  sebagai lahan proyeknya serta diklaim oleh rekanan mereka (PT Samana Citra Agung) sebagai kawasan yang telah dibeli semasa Aceh meletus konflik dulu. Dapat dibayangkan bagaimana kerusakan alam di sana saat proyek itu mulai produksi. Dan bukit-bukit memosona di sana tidak lagi menjadi misteri bagi kita. Tidak ada lagi penemuan gua B, gua C apalagi gua Z. Ka tamat riwayat. Saat itulah Bang Ma’e hanya masuk gua lewat pintu androidnya.

Kamus Aceh:
  1. Unoe kaditak le kleung = lebah diserang burung rajawali 
  2. Lon pike lon meuninggai uroe nyan = Saya kira akan meninggal hari itu 
  3. Lon that teumakot, han lon tem jak le keunan = Saya masih trauma, tidak mau ke sana lagi. 
  4. Ka = sudah 
  5. kon = bukan/tidak

Baca Juga:



0 Comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan Anda, tetaplah membaca artikel selanjutnya.